inter allestero

Frey: Ronaldo Lebih Hebat Dari Seorang CR7. Kekalahan 6-0? Saya Selalu Berpikir…

Corriere dello Sport mewawancarai Sebastian Frey yang akan segera mengucapkan salam perpisahan dengan dunia sepakbola. Mantan kiper Inter ini berbicara tentang waktunya di Milano: “Kala itu saya ingin bergabung dengan Marseille atau Bologna,...

Alessandro De Felice

Corriere dello Sport mewawancarai Sebastian Frey yang akan segera mengucapkan salam perpisahan dengan dunia sepakbola. Mantan kiper Inter ini berbicara tentang waktunya di Milano:

“Kala itu saya ingin bergabung dengan Marseille atau Bologna, namun kemudian saya menyaksikan pertandingan antara Inter menghadapi Strasbourg. Liga asing tidak terlalu menjadi sorotan di Perancis karena disana yang mereka ketahui tentang Italia hanya Juventus dan Platini.

Saya masih ingat ketika bergabung dengan Inter. Malam itu San Siro sangat dingin, Moratti memberi saya mantel dan kemudian saya berjalan ke ruang ganti untuk memperkenalkan diri saya ke anggota tim. Disana saya disambut oleh Djorkaeff, Cauet dan Taribo West. Saya juga melihat Ronaldo yang berdiri hanya beberapa meter di depan saya.

Genearsi saat ini tidak mengetahui apa yang mereka lewatkan. Saat ini mereka hanya mengenang Cristiano Ronaldo adalah yang terbaik. Mereka tidak tahu siapa Ronaldo sebenarnya. Malam itu saya mengatakan kepada agen saya jika saya ingin bergabung dengan tim ini. Padahal kala itu saya bisa dikatakan hampir bergabung dengan Marseille, namun saya berpikir kala itu jika saya ingin segera berkembang. Sulit ketika awal-awal kedatangan saya disana, karena saya berbicara dengan bahasa Perancis. Beruntung ada Cauet dan Taribo West yang selalu membantu saya. Saya kemudian berusaha keras untuk belajar bahasa Italia dengan cepat.

Di musim pertama latiham saya selalu menyaksikan Ronaldo dan Baggio berlatih. Sungguh menyenangkan menyaksikan mereka berlatih, mungkin saya bisa datang menggunakan kacamata 3 dimensi dan popcorn ketika menyaksikan mereka.

Verona? Kala itu, Inter mendatangkan Peruzzi, seorang legenda dan seorang monster dibawah mistar gawang. Saya tidak tahu kapan saya akan mendapatkan kesempatan. Sebenarnya saya menginginkan bergabung dengan Napoli, namun hubungan baik klub dengan Verona, mempermudah segalanya. Saya bergabung dengan Inter setelah mereka melaih gelar UEFA Cup.

Kekalahan 6-0 di laga derby merupakan salah satu malam terpanjang dalam karir saya. Saya terus berpikir kenapa saya? Kenapa saya? Milan kala itu berhasil membuat kami lumpuh. Sejak saat itu hingga akhir musim bagaikan mimpi buruk bagi saya.”